Usai Suksesi 2018, Wajah Purwakarta Bakal Berubah?
PURWAKARTA-Seperti apa wajah Purwakarta setelah Bupati Dedi Mulyadi lengser seusai Pilkada 2018 kelak? Beragam pendapat pun muncul. Pandangan dan persepsi mereka satu sama lain berbeda. Namun esensinya tetap sama, ingin menjadikan Purwakarta sebagai kabupaten terdepan.
Salah satu komentar dilontarkan Dede Supendi, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) STAI DR KHEZ Muttaqien Purwakarta. Dia berpendapat, ada tantangan berat terkait regenerasi kepemimpinan Purwakarta pasca Dedi Mulyadi. Menurutnya, calon pengganti Dedi harus seseorang yang setidaknya memiliki kemampuan yang sama dengan Dedi.
Dia harus senafas agar pembangunan yang telah dilaksanakan Bupati Dedi dapat dilanjutkan dan ditingkatkan. ”Agar estafet kepemimpinan dan pembangunan tidak tereduksi, maka harus dicari sosok yang mampu melanjutkan pembangunan yang telah ada. Siapapun pengganti Dedi harus berkomitmen untuk itu,” kata tokoh pemuda Purwakarta ini.
Hal sama diungkapkan Marzuki, Ketua RW 7 Desa Bunder, Kecamatan Jatiluhur. Dia berharap wajah Purwakarta akan lebih baik daripada saat ini. ”Hal-hal positif yang telah dilakukan Pak Dedi harap terus dilakukan oleh siapapun penggantinya. Hal negatif, tentu saja tak perlu dipertahankan,” kata Marzuki. Misalnya, pembangunan fisik terus dilakukan, ”Tapi kepada bupati selanjutnya, saya berharap pembangunan yang lebih bernuansa islami,” imbuh dia.
Marzuki menjelaskan, sepanjang kepemimpinan Bupati Dedi, honor untuk para ketua RT dan RW mengalami peningkatan. Sebelum Dedi menjabat, kata dia, seorang ketua RT hanya memperoleh honor Rp 300 ribu untuk setiap tiga bulan. Dan honor untuk ketua RW sebesar Rp 375 ribu untuk tiga bulan. Ketika Purwakarta dipimpin Dedi, ada peningkatan honor yang cukup signifikan.
Ketua RT memperoleh Rp 600 ribu per bulan. Sedangkan honor ketua RW Rp 675 per bulan. Para aparat pemerintah di lingkungan desa ini mengaku mengapresiasi kebijakan yang diambil Bupati Dedi. ”Saya yakin besaran honor untuk para ketua RT dan RW tak akan mengalami penurunan kendati Pak Dedi sudah diganti oleh figur lain,” tuturnya.
Diakui Marzuki, sejauh ini dia belum menemukan seseorang yang memiliki kapabilitas seperti Dedi. ”Tapi siapapun nanti yang memimpin kabupaten ini, saya berharap dia terus berjuang untuk menuju Purwakarta yang lebih baik,” ungkap Marzuki.
Di tempat terpisah, Ketua Ikatan Warga Pasar (Iwapa) Pasar Rebo, Zaenal Muttaqin menilai, rakyat Purwakarta sudah menghendaki adanya perubahan di kabupaten tersebut. ”Kita tidak hanya perlu pembangunan fisik saja, tetapi juga pembangunan secara menyeluruh, terutama pembangunan moral dan agama. Bupati ke depan harus memiliki sifat mengayomi dan melindungi rakyat. Mampu menyejahterakan dan mencerdaskan rakyat dengan dibarengi sifat jujur, amanah dan tak mengkhianati rakyat,” kata Zaenal.
Terkait isu pembongkaran Pasar Rebo yang sejak lama tampak alot, Zaenal mengaku nyaman ketika Purwakarta terjadi suksesi. ”Kami jelas merasa nyaman karena tak ada alasan bagi bupati baru untuk memaksakan pembongkaran Pasar Rebo. Selain karena alasan Pasar Rebo adalah situs sejarah, juga karena hal tersebut bertentangan dengan undang undang,” imbuh dia.(02)