Amanat Kiai Cipasung untuk Dedi Mulyadi Jika Menjadi Gubernur Jabar
PURWAKARTA-Pengasuh Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya Jawa Barat, Kiai Abun
Bunyamin Ruhiyat memberikan amanat kepada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi
jika kelak dirinya terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat pada kontestasi
Pemilihan Gubernur Jawa Barat, Juni 2018 mendatang.
Amanat ini ia sampaikan di sela kegiatan Senandung Ramadhan, usai
melaksanakan ibadah shalat tarawih di aula Pesantren Cipasung, Minggu
(4/6).
Menurut saudara dari Rais ‘Aam PBNU semasa kepemimpinan Gus Dur, Kiai
Ilyas Ruhiyat tersebut, sebuah kontentasi politik tidak boleh melupakan
ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan), ukhuwah wathoniyah
(persaudaraan kenegaraan) dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan
keislaman). Ketiga unsur tersebut menurutnya harus selalu diperhatikan
agar tidak terjadi gesekan di internal masyarakat Jawa Barat.
“Di kita ini kan ada Pilpres, Pilgub, Pilkada, bahkan Pilkades. Itu
merupakan keharusan ukhuwah wathoniyah. Ketiga unsur tadi harus dijaga
kalau kita mau masyarakat Jawa Barat menjadi makmur,” jelas Kiai Abun.
Setelah proses awal ini tercapai, maka selanjutnya, Kiai Abun menekankan
kepiawaian Dedi Mulyadi untuk mengelola empat hal, yakni, ilmu para
cendekiawan, keadilan pemimpin, kedermawanan orang kaya, dan doa dari
kaum fakir miskin. Ia menyebut pengelolaan empat hal inilah yang dapat
mendorong kemakmuran untuk masyarakat Jawa Barat.
“Juga harus ada ilmul ulama (ilmu cendekiawan), ‘adlil umaro (keadilan
pemimpin), sakhawatil aghniya (kedemawanan orang kaya) dan terakhir
du’ail fuqoro (doa orang-orang miskin),” lanjutnya lirih.
Pemimpin, menurut Kiai Abun, memiliki kesempatan besar untuk bersedekah
secara luas melalui kebijakan yang ia buat. Sebab berdasarkan keterangan
yang ia fahami, kewajiban sedekah tidak hanya berlaku bagi mereka yang
memiliki harta, kekuatan dan ilmu. Kewajiban tersebut imbuhya, juga
melekat pada setiap orang yang menjadi pemegang kebijakan.
“Nah, Kang Dedi ini sudah bersedekah melalui kebijakannya. Buktinya, di
Purwakarta semua siswa harus belajar kitab kuning, di Tasik saja tidak
ada yang seperti itu. Kemudian, setiap hari Jum’at, siswa dan pegawai
harus memakai sarung seperti para santri Cipasung. Melihat programnya
ini, ya saya jadinya mendukung Kang Dedi menjadi Gubernur Jawa Barat”
ungkapnya yang disambut tepuk tangan dari ribuan santri pesantrennya
tersebut.
Secara teknis, masih dalam konteks sedekah amal jariyah, Kiai Abun
meminta kepada Dedi Mulyadi agar mengarahkan Dinas-dinas di Jawa Barat
untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang tuntunannya sudah disediakan
oleh Rasulullah SAW. Sambil mengutip Hadist, ia menjelaskan satu per
satu tuntunan tersebut.
“Kang Dedi, ini kan kita banyak sekali dinas-dinas di pemerintahan itu.
Mereka itu, punya kesempatan untuk melakukan amal jariyah, amal yang
akan terus mengalir meski mereka sudah meninggal. Man allama ‘ilman
(mereka yang berkecimpung di bidang pendidikan), Aoqaro nahron (mereka
yang concern dalam bidang irigasi), Hafaro bi’ron (mereka yang concern
di bidang penyediaan air bersih), Gharasa nahron (merek yang concern
dalam bidang pertanian), Baana masjidan (mereka yang concern atas
pembangunan sarana keagamaan), Harosa mushhafan (mereka yang concern
dalam bidang ilmu pengetahuan), Taroka waladan yastaghfiru robbah
(mereka yang mencetak generasi penerus yang baik),” demikian Kiai Abun
mengakhiri.
Selama Kiai Abun menyampaikan amanatnya, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi
tampak khusyu’ mendengarkan dan sesekali terlihat mengangguk tanda
mengerti dan mengiyakan. Ia yang hadir mengenakan pakaian serba putih
lengkap dengan peci hitam itu duduk tepat di sebelah Kiai Jujun Junaedi,
pimpinan Pondok Pesantren al Jauhari, Garut Jawa Barat yang juga
memberikan taushiah Ramadhan.
Di tengah acara, Dedi Mulyadi sempat menggelar kuis untuk para santri
dengan pertanyaan seputar Pondok Pesantren Cipasung. Hadiah uang tunai
sebesar Rp500 ribu yang ia rogoh dari koceknya sendiri tampak diberikan
kepada santri yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat. (03)