Purwakarta

Bah Umar dan Isteri Butuh Uluran Tangan Kang Dedi

Bagikan ke:

Awal bulan boleh jadi saat yang ditunggu-tunggu oleh para pensiunan. Pun halnya bagi Bah Umar (80). Namun, sejak 4 tahun terakhir, untuk sekadar mengambil uang pensiun itu bukanlah hal yang mudah baginya.

Pagi itu Bah Umar bersiap pergi ke bank untuk mengambil uang pensiunan sebesar Rp650 ribu. Dibantu Kusmini (60) istri tercintanya, Bah Umar dipakaikan kemeja terbaiknya. Lusuh namun tampak bersih. Tal lupa, rambut putih Bah Umar yang semakin menipis itu disisir rapi.

Sementara abang becak langganannya sudah bersiap di pintu masuk gubug Bah Umar. Setelah dirasa cukup rapi, Bah Umar tidak bergegas berdiri, namun abang becak tadi lah yang menghampiri. Dengan sigap digendongnya Bah Umar. Karena jalan menuju rumah Bah Umar berupa gang kecil, maka Bah Umar terpaksa digendong hingga ke tempat becak diparkirkan. Yakni tepat di depan Taman Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta.

Bah Umar pun dengan hati2 didudukkan di atas jok becak. Kemudian, si Abang Becak pun mengayuh becaknya menuju sebuah bank yang terletak di bilangan Pasar Rebo. Jangan tanya proses antrean atau proses apa saja yang harus dilalui Bah Umar saat mengambil uang pensiunannya itu.

“Memang seperti itu prosesnya. Meski Abah (Bah Umar, red) sakit dan lumpuh, namun pengambilan uang pensiunan itu tak bisa diwakili. Harus Bah Umar sendiri yang mengambilnya,” kata Kusmini.

Dirinya menyebutkan, Bah Umar itu sudah uzur, kesehariannya hanya terbaring lemah di ranjang. “Sudah 4 tahun kondisinya seperti itu. Awalnya sakit rematik. Mungkin sudah sangat parah jadi sekarang tidak bisa berjalan,” ujarnya.

Padahal, sambung dia, sebelum sakit Bah Umar selalu melaksanakan salat lima waktu di masjid. “Bah Umar juga dikenal warga sebagai marbot masjid. Tapi sekarang seperti ini kondisinya. Jangankan ke masjid, untuk buang air di kamar mandi saja susah,” kata Kusmini.

Disebutkan Kusmini, Bah Umar dan dirinya memiliki anak namun keberadaannya berpencar di luar kota.”Anak-anak saya sama saja kondisinya. Lagi pula saya tak ingin membebani mereka,” ujarnya.

Kusmini berharap ada kebijakan dari pihak bank khusus untuk suaminya itu. “Kasihan Abah. Harus sekuat tenaga mengambil uang pensiunan itu. Tapi harus bagaimana lagi, karena dari uang itulah untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.

PURWAKARTA – Keberadaan Bah Umar ini sungguh ironis karena terjadi di pusat kota. Bah Umar dan istrinya tinggal di sebuah gubug kecil di Kampung Legok Situ, RT 30/RW05, Kelurahan Nagri Tengah. Di mana mulut gang rumahnya berada di Jalan Siliwangi atau hanya beberapa meter saja dari Situ Buleud, ikon Purwakarta. Parahnya, bila musim hujan rumah Bah Umar pun kerap terendam banjir hingga selutut orang dewasa.(Gingin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.