PendidikanPurwakarta

Strategi Pembelajaran Karakter saat Pandemi

Bagikan ke:

Misbahul Khair, M.Pd (SD Plus 1 Al-Muhajirin)

PURWAKARTA – Hari ini dunia pendidikan kembali berduka walau tidak semua jenjang pendidikkan harus kembali belajar online atau school from home (sekolah dari rumah) namun fenomena ini membuat kita sebagai pendidik, orang tua kembali resah, kecewa karena anak-anak harus kembali ke dunia online dengan handphone ditangannya. Bagi dunia kampus tdak berdampak namun bagi anak-anak yang masih duduk di bangku TK, SD, SMA dan SMA, belum lagi anak kita yang sekolah di SLB, sepintas mereka senang tidak bersekolah, mereka gembira bisa kembali memegang Hp, namun orang tua kembali dipusingkan dengan tugas-tugas online dari sekolah, orang tua berjibaku menjawab, sementara anak-anak bermain, dan yang tak kalah penting yaitu hilangnya Pendidikan Karakter ( Lost Education ) dalam proses KBM. Ada istilah yg muncul ketika pandemi yaitu Lost learning atau hilangnya pembelajaran akibat pandemi yg terus menghantui kita. Materi belajar bisa dikuasai siswa dengan mambaca, mengerjakan tugas online yang diberikan guru, akan tetapi akhlak, budi pekerti dan karakter tidak sampai saat daring, karena pembelajaran karakter diperlukan contoh, tindakan atau perbutan sehingga siswa mengerti mana nilai yang baik dan yg tidak baik. Nilai karakter tidak bisa disampaikan hanya dengan teori, retorika belaka.

Untuk mengatasi lost education ini maka sinergitas orang tua di rumah dan guru di sekolah harus lebih optimal dan terarah. Guru perlu memiliki strategi serta bekerjasama dengan orang tua di rumah sehingga selama pandemi anak-anak tetap bisa mendapatlkan ilmu dan juga memiliki karakter yang baik.

Pendidikan karakter melalui sekolah jarak jauh di saat peserta didik sedang belajar dari rumah dapat tetap dikawal dan dikontrol oleh para guru. Salah satunya dengan memberikan lembar kontrol karakter. Ada banyak karakter positif yang dapat dikembangkan oleh guru sesuai kompetensi inti dari kurikulum 2013 seperti memiliki sifat relijius, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dll. Guru dapat mengembangkan lembar kontrol atau berupa buku kontrol karakter siswa untuk diberikan kepada peserta didik dan untuk orang tua. Peran orang tua di media ini sebagai penguat kejujuran siswa dalam mengisi. Lembar kontrol tersebut dinilai oleh guru, setelah itu guru memberikan umpan balik. Guru kemudian menguatkan karakter yang sudah baik dan mengubah karakter yang masih tidak sesuai. Guru dapat pula memberikan penghargaan (reward) kepada siswa yang berprestasi misalnya dengan mengucapkan selamat di group WA peserta didik, dan memberikan hukuman (punishment) melalui WA jalur pribadi kepada orang tuanya agar nama baiknya tetap terjaga dan anak tidak merasa direndahkan di depan teman – temannya. Peserta didik juga dapat diberikan ucapan selamat jika mengerjakan tugas tepat waktu dan diberikan hukuman jika terlambat mengerjakan tugas sebagai bentuk penanaman karakter disiplin. Ketika ada kabar seorang peserta didik tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki kuota internet, maka guru dapat mengajak teman – teman kelasnya untuk mengumpulkan uang (crowdfunding) untuk membeli dan mentransfer pulsa sebagai bentuk penanaman karakter empati dan peduli. Guru/ wali kelas dan orang tua harus selalu mengkontrol setiap kata yang ditulis oleh peserta didik di dalam group WA anak2 sebagai bentuk penanaman karakter sopan dan antun dalam berucap dan bertanggung jawab atas semua ucapan dan perbuatan mereka.

Walau pandemi terus menghantui dunia pendidikan. Transper pengetahuan dan penanaman nilai karakter harus tetap dilaksanakan sebagaimana amanat UUD 1945.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.